menu bar

Minggu, 26 April 2015

Inflasi



 
A.  Sejarah Inflasi
Emas memberikan ‘nilai’ pada suatu mata uang dan juga akseptabilitas di tempat lain. Dalam hal ini, sejarah perekonomian kerajaan Byzantium menarik untuk dipelajari. Byzantium berusaha keras untuk mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditinya sebesar mungkin ke negara-negara lain dan berusaha mencegah impor dari negara-negara lain agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak-banyaknya. Tetapi pada akhirnya orang-orang harus makan, membeli pakaian, mengeluarkan biaya untuk tranportasi, serta juga menikmati hidup sehingga mereka akan membelanjakan uang yang dikumpulkannya tadi sehingga akhirnya malah menaikkan tingkat harga komoditasnya sendiri.
Keadaan inflasi yang terjadi di suatu negara akibat dari gabungan dari penurunan produksi, pertanian, pajak yang berlebihan, depopulasi, manipulasi pasar,  high labor cost, pengangguran, kemewahan yang amat berlebihan, dan sebab-sebab yang lainnya seperti perang yang berkepanjangan, embargo, dan pemogokan pekerja.
Inflasi di suatu negara terjadi pada saat tingkat harga secara umum naik, pembeli harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk jumlah barang dan jasa yang sama. Dengan kata lain, inflasi tidak akan berlanjut jika ‘dibiayai’ dengan berbagai cara. Jika konsumen tidak bisa menemukan uang lebih untuk membeli barang demi mempertahankan tingkat pembelanjaannya, mereka akan membatasi pembelian. Kaum monetaris berpendapat bahwa revolusi harga tidak akan terjadi jika tidak dibantu oleh kenaikan penawaran uang yang berasal dari bullion emas dan perak yang diproduksi oleh ‘New World’ (Amerika, Australia, dan Afrika Selatan) yang walaupun banyak juga emas dan perak tersebut akhirnya ditumpuk oleh pribadi/institusi sehingga keluar dari sirkulasi, ataupun jadi perhiasan dan ornamen-ornamen untuk bangunan istana.

B.  Teori Inflasi Konvensional
Secara umum inflasi berarti kenaikan harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas.
Menurut Paul A. Samuelson, mengungkapkan bahwa inflasi seperti sebuah penyakit, inflasi digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut :
1.    Moderate Inflation
Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai ‘inflasi satu digit’. Pada tingkat inflasi seperti iniorang-orang masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang dari pada dalam bentuk aset riil.
2.    Galloping Inflation
Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20%-200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaannya disimpan dalam bentuk ase—aset riil.
3.    Hyper Inflation
Inflsi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai trilyun persen per tahun. Walaupun sepertinya banyak pemerintah yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi galloping inflation akan tetapi tidak pernah ada pemerintah yang dapat bertahan menghadapi inflasi jenis ketiga yang amat ‘mematikan’ ini.
Selain itu, inflasi dapat digolongkan karena penyebab-penyebabnya yaitu sebagai berikut :
1.    Natural Inflatin dan Human Error Inflation.
Natural Inflatin merupakan Inflasi yang terjdi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Sedangkan Human Error Inflation yaitu inflasi yang terjdi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.
2.    Actual/Anticipated/Expected Inflation dan Unanticipated/Unexpected Inflation.
Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi. Sedangkan Unexpected Inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflassi.
3.    Demand Pull dan Cost Push Inflation.
Demand Pull diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisipermintaan agregatif dari barang dan jas apada suatu perekonomian. Sedangkan Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif dari barang dan jasa suatu perekonomian.
4.    Spiralling Inflation.
Inflasi ini diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi sebelumnya itu terjadi sebagai akibat inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
5.    Imported Inflation dan Domestic Inflation.
Imported Inflation adalah inflasi dinegara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional. Domestic Inflation adalah inflasi yang hanya terjadi di dalamnegeri suatu negara yang tidak mempengaruhi negara-negara lainnya.

C.  Teori Inflasi Islam
Menurut para ekonomi Islam, inflassi berakibat sangat buruk bagi perekonomian, karena :
1.    Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama berhadap fungsi tabungan (nilai simpanan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit penghitungan.
2.    Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat.
3.    Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah.
4.    Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti : pertanian, industrial, perdagangan, tranportasi, dll.
Selain itu, inflasi juga mengakibatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan akuntansi seperti :
1.    Apakah penilaian terhadap aset tetap dan aset lancar dilakukan dengan metode biaya historis atau metode biaya aktual?
2.    Pemeliharaan modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner.
3.    Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi (index) untuk mendapatkan kebutuhan perbandingan waktu dan tempat.
Ekonomi Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364 M- 1441 M), yang merupakan salah satu murid Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan, yaitu :
1.    Natural Inflation.
2.    Human ErrorInflation.


Adiwarman A. Kharim, Ekonomi Makro Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar